7 September 2015

"Hasrat Murni" produksi ke-2 Teater Lugas


   
dalam rangka festival teater ke-43, 2015 wilayah Jakarta Barat  

TEATER LUGAS
mempersembahkan

" HASRAT MURNI "
karya : Malaya & Edmun
sutradara : Anto Malaya 



Rabu, 16 Sept 2015 Pkl 20.00 WIB
Auditorium Gelanggang Remaja Jakarta Barat, 
Grogol





KONSEP PENYUTRADARAAN

 1. Konsep Pemikiran.
“Cinta Adalah Anugerah“ , sebuah kalimat yang saya kutip dari sebuah lagu yang cukup terkenal di era 80an. Terkadang kita rela meninggalkan apa saja demi cinta, atau bahkan kita bisa melakukan apa saja demi cinta. Cinta buat seorang perempuan / istri bisa saja sebuah bentuk ibadah yang membahagiakan, Cinta buat seorang istri adalah sebuah HASRAT MURNI .

Persolan diatas saya coba titipkan pada tokoh Murni, seorang biduan dangdut yang harus mempertahankan cintanya terhadap suami yang banyak mengalami tekanan dalam hidupnya. Cinta Murni tidak komplek, justru begitu sederhana. Tapi persoalan persoalan yang ada disekelilingnya lah yang begitu komplek bahkan sangat tragis.

Pada sisi lain, ada cinta yang membelenggu. Cinta orang tua terhadap anaknya, yang mau anaknya selalu menuruti apapun keinginannya agar sang anak dapat tumbuh sesuai apa yang diharapkan. Tak peduli cara yang ditempuh membahagiakan atau menyakiti, semua dilakukan dilakukan atas nama cinta.

Pada sisi sebaliknya Cinta anak terhadap orang tua yang dibalut dengan rasa hormat ataupun ketakutan membuat anak menjadi pribadi yang berbeda. Sang anak hanya mampu membayangkan keinginannya atau hasrat hasrat pada pikirannya saja. Dalam beberapa kasus hasrat hasrat tersebut bisa menjelma menjadi pribadi yang lain...pribadi yang terbelah atau disebut juga Identitas Disosiatif (Disscociative Identtity Disorder/DID)

Persoalan tersebut saya titpkan pada tokoh Hasrat, seorang mantan keyboadrdis yang tak mampu memberontak terhadap persoalan yang dia hadapi. Hasrat selalu dibayangi oleh pikirannya sendiri tentang istrinya, dalam pikirannya Murni istrinya tak mampu menjaga kehormatannya sebagai istri, ini diakibatkan dari ocehan Emak dan alter alter lain yang ada pada dirinya.
Persoalan masa kecil yang dia hadapi, siksaan bathin dan fisk yang dia dapatkan dari Emak menjadi traumatik yang berkepanjangan pada dirinya, membuat pribadinya menjadi komplek. Pribadi yang dibelah oleh hasrat hasrat yang ada pada dirinya.

2.Konsep Pertunjukan,
a. Pada adegan opening dimana terlihat Murni meliukan tubuhnya, tanpa diiringi musik dan lagu, ini saya coba gambarkan terjadi dalam pikiran Hasrat suaminya. Hasrat selalu curiga Murni istrinya tidak bisa menjaga kehormatan seorang istri ketika dia sedang bernyanyi dipanggung.

b. Adegan selanjutnya muncul Emak dengan segala ocehannya. Pada adegan ini saya memenggal menggal dialog Emak dengan disela suara Musik yang hinggar bingar dan siluet tubuh Murni yang sedang manggung. Hal itu saya lakukan untuk mengambarkan betapa Hasrat selalu diteror dan dihantui oleh sosok emak yang selalu mengatur hidupnya. Ini terjadi sejak Hasrat masih kecil hingga membentuk Pribadi yang gamang dan tak berdaya.

c. Pendekatan artistik yang saya lakukan lebih kepada bentuk kotak kotak, sebagai simbol keterkungungan sang tokoh yang tak mampu keluar dari pikirannya sendiri. Rumah , ruang dan tempat saya coba bentuk imajinatif dengan harapan penonton akan bebas mengimajinasikan hal tersebut secara bebas sesuai yang dibentuk oleh pikirannya sendiri terhadap apa yang mereka lihat.

d. Pada adegan terakhir ketika Murni meminta Hasrat untuk bisa mengatasi persoalan yang menimpahnya, Dimana ketika itu muncul alter alter yang yang menguasai Hasrat. Disini saya coba visualkan selainnya munculnya alter secara fisik juga diikuti oleh Lypsinc Hasrat yang mengikuti dialog para alter. Ini saya lakukan agar penonton dapat menangkap bahwa sesungguhnya secara fisik Hasratlah yang bicara tapi secara pikiran dan karakter sebenarnya para Alterlah yang sedang berbicara (contohnya seperti orang kemasukan setan) namun dalam hal kepribadian ganda berbeda sama sekali.

Kemudian pada adegan selanjutnya, saya mengembalikan Murni dan Hasrat sendiri sendiri, Hasrat terpaku dan diam dalam kemarahan dan ketidak berdayaannya, Sementara Murni bernyanyi sedih diatas panggung. Dalam hal ini saya menyerahkan tafsir tersebut kepada penonton, karena saya tidak mau menyelesaikan persoalan ini dengan pikiran saya atau “ ceramah – ceramah “ yang mengurui. Semua kembali kepada kita.

“Kita memang memiliki tubuh pasangan yang kita cintai, bahkan kita memiliki hatinya, Tapi jalan hidupnya ......tidak akan pernah kita miliki“.

WASSALAM 

Jakarta, September 2015
Anto Malaya


4 komentar: