![]() |
foto : Ilustrasi |
"Di
Indonesia, minum kopi cuma untuk bergaya, bukan untuk mencari tahu kopi
yang enak itu seperti apa," kata Ronald Prasanto, pakar gastronomi
molekuler kopi Indonesia.
Karena
itulah, sebagian masyarakat merasa tidak perlu memahami kopi yang
diminumnya. Pengetahuan mengenai kopi pun tertinggal dari negara-negara
lain.
"Kalau di Australia, konsumennya sudah sangat pintar dalam
menentukan kopi yang enak. Kalau kopinya tidak enak, mereka akan minta
dibuatkan yang baru. Indonesia belum seperti itu. Masyarakat kita minum kopi hanya sebatas untuk gaya, atau sebatas mencari colokan listrik saja," tegasnya.
Selain
untuk gaya hidup, Ronald melihat bahwa karakter masyarakat Indonesia
yang pemaaf tidak menjadi pelecut barista untuk menghasilkan kopi
terbaik. "Coba Anda perhatikan, berapa banyak masyarakat Indonesia yang
mau mengonsumsi kopi apa adanya? Kebanyakan suka dengan campuran
cokelat, manis, karamel. Dari contoh ini saja, edukasi dan budaya minum
kopi di Indonesia jauh tertinggal," paparnya.
Menurutnya, minum
kopi bukan sebatas memuaskan dahaga ataupun indera pengecap. Menikmati
secangkir kopi juga harus dengan pengetahuan mengenai apa yang diminum.
"Minum kopi bukan sebatas enak atau tidak, tapi edukasi soal kopi juga harus diisi. Kopi-kopi yang diinginkan setiap konsumen kan berbeda-beda," tutupnya.
(SUMBER)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar