Dunia Arab memberikan kontribusi yang
besar bagi kemajuan manusia. Selain melahirkan pemikir dan penemu yang
menciptakan banyak hal yang bermanfaat bagi umat manusia, mereka juga
mewariskan sebuah budaya, yang hingga kini dilakukan oleh jutaan
manusia, setiap harinya. Tradisi itu adalah kopi.
![]() |
foto : ilustrasi/choliknf1998.blogspot.com |
Ya, kopi adalah salah satu warisan
kebudayaan Arab yang sangat populer hingga saat ini. Jutaan cangkir kopi
diminum oleh jutaan manusia di dunia setiap harinya. Bahkan tidak
sedikit orang yang harus memulai harinya dengan meminum kopi, dan merasa
tidak lengkap tanpanya. Meskipun banyak orang yang tidak tahu kalau
kopi adalah warisan bangsa Arab, biji kopi Arabica yang hingga kini
masih menjadi yang terbaik di dunia, seharusnya sudah cukup untuk
menunjukkan identitas asal minuman ini.
Kopi berasal dari bahasa Arab qahwa, yang berarti anggur. Sebelum diasosiasikan dengan kopi yang kita kenal sekarang, kata qahwa juga
memiliki arti mengurangi nafsu seseorang terhadap sesuatu. Wajar,
karena pada awalnya kopi adalah minuman yang hanya dikonsumsi oleh kaum
sufi. Kopi adalah tumbuhan asli daerah Ethiopia dan Yaman. Zaman dahulu
kala di Yaman, kaum sufi biasa mengonsumsi kopi untuk meningkatkan
konsentrasi, khususnya ketika mereka sedang berzikir dan mendekatkan
diri kepada Allah SWT. Dari kata qahwa pula lahir kata coffee, yang berasal dari pelafalan Turki, dan cafe yang merujuk kepada tempat untuk menikmati kopi.
Penyebaran Kopi.
Pada abad 15, kopi mulai menyebar di
jazirah Arab, mulai dari Mekah menuju Mesir, Suriah, hingga Istanbul.
Ketika itu, kopi yang masih diasosiasikan sebagai minuman sufi mulai
dikenal luas, dan warung-warung kopi mulai bermunculan di sekitar
Universitas Al Azhar, Kairo.
Dari jazirah Arab, kopi mulai menyebar
ke Eropa melalui dua rute, yaitu melalui Kekaisaran Utsmani di Turki,
dan melalui jalur laut yang berasal pelabuhan tempat kopi berasal,
Mocha, sebuah daerah di Yaman. Kopi juga dikenal di Eropa melalui para
pedagang yang melintasi Laut Tengah. Selain itu, para prajurit Turki
yang bergerak menuju Danube, Yunani, juga turut berperan dalam
persebaran kopi ke dataran Eropa.
Di awal abad ke-17, Inggris dan Kongsi
Dagang Hindia Timur (VOC) tercatat sebagai pembeli utama kopi di Mocha.
Muatan mereka dibawa melalui Tanjung Harapan lalu diekspor ke India dan
belahan bumi lainnya. Dalam waktu singkat, kopi pun menyebar tidak hanya
ke Eropa tapi juga seluruh dunia.
Warung kopi, konspirasi, hingga pelarangan kopi.
Ketika warung kopi muncul di Kairo,
kepopuleran kopi semakin melonjak. Masyarakat berbondong-bondong datang,
bukan hanya untuk menikmati kopi yang lezat tapi juga untuk melakukan
kegiatan-kegiatan lainnya. Orang-orang dari berbagai kalangan duduk,
berkumpul, berdiskusi, mendengarkan puisi, serta bermain berbagai jenis
permainan mulai dari catur hingga backgammon. Dalam waktu
dekat, warung kopi menjadi pusat kehidupan intelektual masyarakat,
menandingi masjid-masjid, yang semestinya menjadi pusat kegiatan bagi
kaum Muslim.
Kenyataan itu menimbulkan perdebatan di
kalangan pemerintah. Para ulama mulai berdiskusi mengenai minuman baru
yang tidak dikenal di jaman Nabi dan Rasul ini. Halalkah kopi? Apalagi,
kopi dinilai memiliki efek samping yang dinilai mirip dengan minuman
keras. Akibatnya, timbullah pelarangan kopi khususnya di Mekah, Kairo,
dan Istambul.
Beberapa cendekiawan bahkan berpendapat,
bahwa warung kopi jauh lebih buruk daripada tempat minum anggur. Tidak
hanya karena kopi menimbulkan efek ketagihan, pemerintah juga mulai
melihat warung kopi sebagai tempat yang kondusif untuk melakukan
penghasutan dan menyebarkan kabar burung. Berbagai cara mulai dilakukan
untuk menghentikan persebaran minuman ini, mulai dari hukuman fisik
hingga ancaman hukuman mati, yang dilakukan pada masa Murad IV
(1623-1640) di Turki. Namun, semua upaya itu gagal. Pada akhirnya,
beberapa cendekiawan Muslim menemukan kesepakatan bahwa kopi, pada
dasarnya, adalah halal.
Ketika memasuki Eropa, kopi pun tidak
diterima begitu saja. Kalangan gereja, khususnya, mencurigai kopi karena
minuman ini dibawa oleh umat Islam. Namun, kopi mulai diterima oleh
umat Kristen setelah Paus Klemens VIII dilaporkan menikmati secangkir
kopi. Ia bahkan berpendapat bahwa tidak adil jika minuman selezat ini
hanya dimonopoli oleh umat Islam, sehingga melakukan pembaptisan kepada
kopi.
Sementara itu, warung-warung kopi juga
mulai bermunculan di Eropa. Kemudian, sejarah yang menimpa warung kopi
di jazirah Arab pun berulang di Eropa. Raja Inggris, Charles II,
mengumumkan pada tahun 1675, bahwa warung kopi adalah tempat yang
berbahaya. Warung kopi adalah tempat berkumpul musuh-musuh kerajaan,
yang saling melakukan konspirasi dan menyebarkan skandal, untuk
menjatuhkan kepemimpinan raja dan ratu yang berkuasa saat itu.
Kecurigaan Charles II memang menjadi
kenyataan, meski tidak terjadi di Inggris. Sekitar seabad setelahnya,
sebuah warung kopi ternama di Paris bernama Procope, menjadi tempat
pertemuan Marat, Danton, dan Robespierre, tiga tokoh penting dalam
Revolusi Prancis.
![]() |
foto : ilustrasi/pemalangonline.com |
Kopi saat ini.
Berdasarkan statistik, manusia di
seluruh dunia mengonsumsi sekitar 500 juta cangkir kopi dalam setahun.
Ini berarti, ada sekitar 42 juta cangkir kopi yang diminum tiap
bulannya, atau sekitar 1,4 juta cangkir kopi setiap harinya. Minuman
yang dulunya hanya diminum oleh kaum sufi ini, kini telah menjadi
minuman rakyat di seluruh dunia.
Budaya minum kopi pun berkembang. Di
kawasan asalnya, yaitu di jazirah Arab, kopi biasa disajikan pahit, dan
terkadang dicampur dengan kapulaga atau rempah-rempah lainnya. Sementara
itu di Austria, kopi biasa disajikan bersama segelas air putih, yang
memiliki sejarah panjang berkaitan dengan peperangan antara Austria dan
Turki Utsmani. Di belahan bumi lainnya, kopi disajikan dengan sesendok
gula, sedikit susu, ditambahi es, bahkan disajikan dengan arang.
Sebagai tanaman yang hanya hidup di
daerah bersuhu panas, kopi berkembang dengan sangat baik di
negara-negara Amerika Latin, negara sub Sahara di Afrika, dan Asia
Tenggara seperti Vietnam dan Indonesia. Indonesia bahkan menduduki
peringkat keempat dalam produksi kopi di dunia. Namun ironisnya, Yaman
sebagai negara asal kopi, yang dari pelabuhannya kopi menyebar ke
seluruh dunia, justru mengalami penurunan produksi yang cukup signifikan
dari tahun ke tahun.
Begitulah kisah kopi, yang awalnya
dikonsumsi oleh para sufi untuk mendekatkan diri pada Illahi. Minuman
yang memiliki rasa dan wangi yang khas ini memiliki sejarah panjang
bahkan sempat dibenci serta dicurigai. Namun, kini kopi justru menyebar
ke seluruh penjuru bumi dan menjadi salah satu minuman yang paling
dicintai. [RDA/Mizanmag/BBC]
terimakasih atas informasinya kawan,, sangat membantu...
BalasHapus