13 Juni 2013

Kopi : Minuman Sufi Yang Dicintai Di Seluruh Penjuru Bumi

Dunia Arab memberikan kontribusi yang besar bagi kemajuan manusia. Selain melahirkan pemikir dan penemu yang menciptakan banyak hal yang bermanfaat bagi umat manusia, mereka juga mewariskan sebuah budaya, yang hingga kini dilakukan oleh jutaan manusia, setiap harinya. Tradisi itu adalah kopi.

foto : ilustrasi/choliknf1998.blogspot.com
Ya, kopi adalah salah satu warisan kebudayaan Arab yang sangat populer hingga saat ini. Jutaan cangkir kopi diminum oleh jutaan manusia di dunia setiap harinya. Bahkan tidak sedikit orang yang harus memulai harinya dengan meminum kopi, dan merasa tidak lengkap tanpanya. Meskipun banyak orang yang tidak tahu kalau kopi adalah warisan bangsa Arab, biji kopi Arabica yang hingga kini masih menjadi yang terbaik di dunia, seharusnya sudah cukup untuk menunjukkan identitas asal minuman ini.

Kopi berasal dari bahasa Arab qahwa, yang berarti anggur. Sebelum diasosiasikan dengan kopi yang kita kenal sekarang, kata qahwa juga memiliki arti mengurangi nafsu seseorang terhadap sesuatu. Wajar, karena pada awalnya kopi adalah minuman yang hanya dikonsumsi oleh kaum sufi. Kopi adalah tumbuhan asli daerah Ethiopia dan Yaman. Zaman dahulu kala di Yaman, kaum sufi biasa mengonsumsi kopi untuk meningkatkan konsentrasi, khususnya ketika mereka sedang berzikir dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dari kata qahwa pula lahir kata coffee, yang berasal dari pelafalan Turki, dan cafe yang merujuk kepada tempat untuk menikmati kopi.

Penyebaran Kopi.
Pada abad 15, kopi mulai menyebar di jazirah Arab, mulai dari Mekah menuju Mesir, Suriah, hingga Istanbul. Ketika itu, kopi yang masih diasosiasikan sebagai minuman sufi mulai dikenal luas, dan warung-warung kopi mulai bermunculan di sekitar Universitas Al Azhar, Kairo.

Dari jazirah Arab, kopi mulai menyebar ke Eropa melalui dua rute, yaitu melalui Kekaisaran Utsmani di Turki, dan melalui jalur laut yang berasal pelabuhan tempat kopi berasal, Mocha, sebuah daerah di Yaman. Kopi juga dikenal di Eropa melalui para pedagang yang melintasi Laut Tengah. Selain itu, para prajurit Turki yang bergerak menuju Danube, Yunani, juga turut berperan dalam persebaran kopi ke dataran Eropa.

Di awal abad ke-17, Inggris dan Kongsi Dagang Hindia Timur (VOC) tercatat sebagai pembeli utama kopi di Mocha. Muatan mereka dibawa melalui Tanjung Harapan lalu diekspor ke India dan belahan bumi lainnya. Dalam waktu singkat, kopi pun menyebar tidak hanya ke Eropa tapi juga seluruh dunia.

Warung kopi, konspirasi, hingga pelarangan kopi.
Ketika warung kopi muncul di Kairo, kepopuleran kopi semakin melonjak. Masyarakat berbondong-bondong datang, bukan hanya untuk menikmati kopi yang lezat tapi juga untuk melakukan kegiatan-kegiatan lainnya. Orang-orang dari berbagai kalangan duduk, berkumpul, berdiskusi, mendengarkan puisi, serta bermain berbagai jenis permainan mulai dari catur hingga backgammon. Dalam waktu dekat, warung kopi menjadi pusat kehidupan intelektual masyarakat, menandingi masjid-masjid, yang semestinya menjadi pusat kegiatan bagi kaum Muslim.

Kenyataan itu menimbulkan perdebatan di kalangan pemerintah. Para ulama mulai berdiskusi mengenai minuman baru yang tidak dikenal di jaman Nabi dan Rasul ini. Halalkah kopi? Apalagi, kopi dinilai memiliki efek samping yang dinilai mirip dengan minuman keras. Akibatnya, timbullah pelarangan kopi khususnya di Mekah, Kairo, dan Istambul.

Beberapa cendekiawan bahkan berpendapat, bahwa warung kopi jauh lebih buruk daripada tempat minum anggur. Tidak hanya karena kopi menimbulkan efek ketagihan, pemerintah juga mulai melihat warung kopi sebagai tempat yang kondusif untuk melakukan penghasutan dan menyebarkan kabar burung. Berbagai cara mulai dilakukan untuk menghentikan persebaran minuman ini, mulai dari hukuman fisik hingga ancaman hukuman mati, yang dilakukan pada masa Murad IV (1623-1640) di Turki. Namun, semua upaya itu gagal. Pada akhirnya, beberapa cendekiawan Muslim menemukan kesepakatan bahwa kopi, pada dasarnya, adalah halal.

Ketika memasuki Eropa, kopi pun tidak diterima begitu saja. Kalangan gereja, khususnya, mencurigai kopi karena minuman ini dibawa oleh umat Islam. Namun, kopi mulai diterima oleh umat Kristen setelah Paus Klemens VIII dilaporkan menikmati secangkir kopi. Ia bahkan berpendapat bahwa tidak adil jika minuman selezat ini hanya dimonopoli oleh umat Islam, sehingga melakukan pembaptisan kepada kopi.

Sementara itu, warung-warung kopi juga mulai bermunculan di Eropa. Kemudian, sejarah yang menimpa warung kopi di jazirah Arab pun berulang di Eropa. Raja Inggris, Charles II, mengumumkan pada tahun 1675, bahwa warung kopi adalah tempat yang berbahaya. Warung kopi adalah tempat berkumpul musuh-musuh kerajaan, yang saling melakukan konspirasi dan menyebarkan skandal, untuk menjatuhkan kepemimpinan raja dan ratu yang berkuasa saat itu.

Kecurigaan Charles II memang menjadi kenyataan, meski tidak terjadi di Inggris. Sekitar seabad setelahnya, sebuah warung kopi ternama di Paris bernama Procope, menjadi tempat pertemuan Marat, Danton, dan Robespierre, tiga tokoh penting dalam Revolusi Prancis.


foto : ilustrasi/pemalangonline.com
Kopi saat ini.
Berdasarkan statistik, manusia di seluruh dunia mengonsumsi sekitar 500 juta cangkir kopi dalam setahun. Ini berarti, ada sekitar 42 juta cangkir kopi yang diminum tiap bulannya, atau sekitar 1,4 juta cangkir kopi setiap harinya. Minuman yang dulunya hanya diminum oleh kaum sufi ini, kini telah menjadi minuman rakyat di seluruh dunia.

Budaya minum kopi pun berkembang. Di kawasan asalnya, yaitu di jazirah Arab, kopi biasa disajikan pahit, dan terkadang dicampur dengan kapulaga atau rempah-rempah lainnya. Sementara itu di Austria, kopi biasa disajikan bersama segelas air putih, yang memiliki sejarah panjang berkaitan dengan peperangan antara Austria dan Turki Utsmani. Di belahan bumi lainnya, kopi disajikan dengan sesendok gula, sedikit susu, ditambahi es, bahkan disajikan dengan arang.

Sebagai tanaman yang hanya hidup di daerah bersuhu panas, kopi berkembang dengan sangat baik di negara-negara Amerika Latin, negara sub Sahara di Afrika, dan Asia Tenggara seperti Vietnam dan Indonesia. Indonesia bahkan menduduki peringkat keempat dalam produksi kopi di dunia. Namun ironisnya, Yaman sebagai negara asal kopi, yang dari pelabuhannya kopi menyebar ke seluruh dunia, justru mengalami penurunan produksi yang cukup signifikan dari tahun ke tahun.

Begitulah kisah kopi, yang awalnya dikonsumsi oleh para sufi untuk mendekatkan diri pada Illahi. Minuman yang memiliki rasa dan wangi yang khas ini memiliki sejarah panjang bahkan sempat dibenci serta dicurigai. Namun, kini kopi justru menyebar ke seluruh penjuru bumi dan menjadi salah satu minuman yang paling dicintai. [RDA/Mizanmag/BBC]

1 komentar: