![]() |
foto : ilustrasi |
Sejarah minuman kopi dimulai sejak satu juta
tahun yang lalu di Ethiopia. Berdasarkan legenda, seorang penggembala
mencoba mengkonsumsi biji kopi setelah melihat kambingnya tidak tidur
akibat mereka memakan buah kopi liar.
Salah satu catatan tertulis pertama bercerita tentang Seikh Omar, yang
membawa kopi ke kota Mocha pada tahun 1250. Kota ini, yang sering
dipanggil Mukha, sekarang berada di Yaman modern.
Selama ratusan tahun, kopi di Yaman telah dicampur dengan kopi dari Indonesia (Jawa a.k.a Java), untuk menciptakan kopi klasik Mocha Java.
Kedai kopi pertama di dunia dibuka di Makkah pada awal abad 15. Kedai-kedai itu adalah tempat yang nyaman, tempat orang-orang memanjakan diri dan berdiskusi politik sambil menghadapi segelas kopi. Selama periode ini, kopi disajikan dengan merebus biji di dalam air. Praktik menghaluskan dan me-roasting kopi dimulai di Turki, sekitar 100 tahun kemudian. Di Istanbul yang terkenal memiliki ratusan kedai kopi.
Selama ratusan tahun, kopi di Yaman telah dicampur dengan kopi dari Indonesia (Jawa a.k.a Java), untuk menciptakan kopi klasik Mocha Java.
Kedai kopi pertama di dunia dibuka di Makkah pada awal abad 15. Kedai-kedai itu adalah tempat yang nyaman, tempat orang-orang memanjakan diri dan berdiskusi politik sambil menghadapi segelas kopi. Selama periode ini, kopi disajikan dengan merebus biji di dalam air. Praktik menghaluskan dan me-roasting kopi dimulai di Turki, sekitar 100 tahun kemudian. Di Istanbul yang terkenal memiliki ratusan kedai kopi.
![]() |
foto : ilustrasi |
Kopi tersebut dikapalkan ke Eropa melalui pelabuhan Batavia. Sebuah pelabuhan di Muara Sungai Ciliwung yang telah berdiri sejak 397 M ketika Raja Purnawarman mendirikan kota yang dulunya disebut Sunda Kelapa ini. Sekarang di daerah kota Jakarta, kita masih dapat menemukan gema dari peninggalan kehebatan para pelaut yang membangun Jakarta.
Kapal-kapal laut masih memuat kargo di pelabuhan tua itu sampai saat ini. Museum Bahari bertempat di bekas gedung VOC, yang dulunya dipakai menyimpan rempah-rempah dan kopi. Menara Syahbandar (mercusuar) dibangun pada tahun 1839 di ujung dermaga. Dulu, kapal-kapal VOC berlabuh untuk memuat kargo mereka.
Pada tahun 1700-an, kopi yang dikapalkan dari Batavia dijual seharga 3 Gilders per kilogram di Ansterdam. Income tahunan Belanda di tahun itu sekitar 200 sampai 400 Guilders, hal ini sebanding dengan beberapa ratus dolar tiap kilogram saat ini. Di akhir abad 18 harga jatuh menjadi 0,6 Guilders per kilogram dan tradisi minum kopi meluas mulai dari kalangan elit sampai masyarakat kebanyakan.
Perdagangan kopi sangat menguntungkan bagi VOC, tetapi bermanfaat sedikit untuk petani Indonesia yang dipaksa menanamnya oleh pemerintah Kolonial Belanda. Secara teori, memproduksi komoditas eksport berarti menghasilkan uang bagi penduduk Jawa untuk membayar pajak mereka. Ini dalam bahasa Belanda dikenal sebagai Cultuurstelsel (Cultivation System) dan ini meliputi mulai dari rempah-rempah dan komoditas utama pertanian tropis yang sangat beraneka jenisnya. Cultuursstelsel untuk kopi diterapkan di daerah Prenger Jawa Barat. Pada praktiknya, harga untuk komoditas utama pertanian ini di-setting terlalu rendah dan mereka dipalingkan dari pekerjaan buruh yang memproduksi beras, yang menyebabkan situasi berat bagi petani.
Di pertengahan abad ke-17, VOC mengembangkan area tanam kopi arabika di Sumatra, Bali, Sulawesi, dan Kepulauan Timor. Di Sulawesi kopi pertama kali ditanam tahun 1750. Di dataran tinggi di Sumatra Utara kopi pertama kali tumbuh di dekat Danau Toba pada tahun 1888, diikuti oleh dataran tinggi Gayo (Aceh) dekat Danau Laut Tawar pada tahun 1924.
![]() |
foto : ilustrasi |
Di sekitar abad 18, kolonial Belanda mendirikan lahan pertanian kopi yang luas di dataran tinggi Ijen di Jawa Timur. Meski demikian, bencana menghantam pada tahun 1876, ketika kopi diserang penyakit karat daun yang menyapu Indonesia, membumihanguskan tanaman sejenis. Kopi robusta (C. canephor var. robusta) diperkenalkan di Jawa Timur pada tahun 1900 sebagai pengganti di dataran yang lebih rendah dan penyakit karat sekoyong-koyong dibinasakan.
Pada tahun 1920, perusahan-perusahaan kecil di Indonesia mulai menanam kopi sebagai komoditas utama. Perkebunan di Jawa dinasionalisasi pada hari kemerdekaan dan direvitalisasi dengan varietas baru kopi arabika di tahun 1950-an. Varietas ini diadopsi oleh perusahaan-perusahaan kecil melalui pemerintah atau berbagai program pengembangan masyarakat. Sekarang lebih dari 90% kopi arabika Indonesia dikembangkan oleh perusahaan kecil terutama di daerah Sumatra Utara, dengan lahan 1 hektar atau kurang. Produksi arabika tahunan sekitar 75.000 ton dan 90% diekspor. Kopi arabika yang sampai ke negara lain sebagian besar masuk ke segmen pasar spesial. (dari berbagai sumber)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar